Laman
Address : Jl. Dr. Cipto Mangunkusumo No.123
Kota Cirebon - Jawa BaratTelp. : (0231)-3331484
Kamis, 22 Desember 2011
Sejarah Singkat Cirebon
Khas Makanan dan Batik Cirebon
Makanan dan Minuman Khas Cirebon
Batik Cirebon Nan Eksotis
Struktur Organisasi Duta Sosial Kota Cirebon
- DINSOSNAKERTRANS sebagai Pembina Duta
- TOMMY SETIAWAN sebagai Ketua Duta Sosial
- WENDHI TRI JULIANTO sebagai Wakil Ketua Duta Sosial
- AGITA SETYO SARI. S sebagai Bendahara
- SRI FITRIA NINGSIH sebagai Bidang Sosial 1
- WENDHI TRI JULIANTO sebagai Bidang Sosial 2
- QOMARUZZAMAN sebagai Bidang Perlengkapan 1
- RIZKY AMANULLAH sebagai Bidang Perlengkapan 2
- RINA YULIASTANTI sebagai Bidang Penyuluhan 1
- NUNUNG MASITOH sebagai Bidang Penyuluhan 2
- AYU SAFITRI sebagai Bidang Humas 1
- ULFAIN. sebagai Bidang Humas 2
- NUR HALIMAH sebagai Bidang Humas 3
Kamis, 06 Januari 2011
HIKARU BAND SIAP BERSAING DI BELANTIKA MUSIK INDONESIA !!!!!!
- Profil Hikaru Band
Nama "Hikaru" berasal dari bahasa Jepang yang memiliki arti bersinar, dengan memiliki harapan kelak mampu menjadi band papan atas yang mampu bersinar di belantika musik Indonesia.
Aliran musik yang diusung oleh Hikaru adalah pop alternative, aliran tersebut dibangun dengan dasar musik yang dipengaruhi oleh band-band papan atas Indonesia seperti : Ungu, Ada band, J-Rock, Dewa 19 dan sebagainya.
Dengan Hits single berjudul "CURHAT" diharapkan lagu tersebut mampu di dengan dan di terima oleh seluruh masyarakat Indonesia, khususnya para pernikmat musik tanah air.
Hikaru Band juga merupakan band binaan Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Cirebon.
- Profil Personil Hikaru Band
Untuk men download "Lagu Curhat", silahkan anda klik link di bawah ini :
DOWNLOAD MP3 LAGU CURHAT
DOWNLOAD MP3 LAGU CURHAT II
Website About Cirebon City
TALK SHOW RADAR CIREBON TV
HUT Bank BUKOPIN di Kota Cirebon
Cirebon Peduli Anak Bangsa
Pencarian Informasi
Dokumen Duta Sosial
Charly ST 12 Didapuk Jadi Duta Sosial
Upaya Preventif Atasi Masalah Anak Jalanan
Tangan-tangan kecil itu seolah memanggilnya. Berlari dan mengejarnya. Naik dan mulai aktifitas dengan bermandikan debu dan solar. Di ujung jalan lain, sebayanya melambai-lambaikan tangan dengan menawarkan lembaran kertas yang berisi tulisan. Terkadang menoleh dan tak jarang pula dicuekin orang yang lalu lalang. Seorang diantaranya, berjalan menelusuri peristirahatan bus, warkop, warteg, emperan toko, bahkan di kampus yang seharusnya kelak mereka berada di sana.
Demikian cerita singkat tentang aktifitasnya. Siapa mereka? Mereka adalah anak-anak yang sehari-harinya beraktifitas di jalanan. Menurut Tata Sudrajat (1999 : 5 ) anak jalanan dapat dikelompokan menjadi 3 kelompok berdasarkan hubungan dengan orang tuanya, yaitu : Pertama, Anak yang putus hubungan dengan orang tuanya, tidak sekolah dan tinggal di jalanan ( anak yang hidup dijalanan / children the street ). Kedua, anak yang berhubungan tidak teratur dengan orang tuanya, tidak sekolah, kembali ke orang tuanya seminggu sekali, dua minggu sekali, dua bulan atau tiga bulan sekali biasa disebut anak yang bekerja di jalanan ( Children on the street ) Ketiga, Anak yang masih sekolah atau sudah putus sekolah, kelompok ini masuk kategori anak yang rentan menjadi anak jalanan ( vulnerable to be street children ).
Tidak selayaknya anak berada di jalanan, dipaksa merasakan pahit getirnya mencari sesuap nasi. Panas, hujan, debu, asap angkot yang lalu lalang faktor alam yang mereka hadapi. Intimidasi orang dewasa yang kerap mereka rasakan merupakan sedikit kisah penderitaan di jalanan. Sekolah seharusnya menjadi tempat mereka menimba ilmu dan bermain, bukan mencari nafkah di jalanan. Tukang sapu angkot, penjual plastik asongan, jual koran, semir sepatu, pengamen, pengemis, jual rokok, merupakan sedikit dari banyaknya profesi yang mereka tekuni.
Hasil penelitian Hening Budiyawati, dkk. (dalam Odi Shalahudin, 2000 : 11) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan anak pergi ke jalanan berdasarkan alasan dan penuturan mereka adalah karena : 1) Kekerasan dalam keluarga. 2). Dorongan keluarga. 3). Ingin bebas. 4). Ingin memiliki uang sendiri, dan 5). Pengaruh teman.
Selain faktor tersebut yang paling dominan menjadi penyebab munculnya anak jalanan adalah faktor kondisi social ekonomi di samping karena adanya faktor broken home serta berbagai faktor lainnya.
Hidup menjadi anak jalanan bukanlah merupakan harapan dan cita-cita seorang anak. Tidak ada seorang anakpun yang dilahirkan bercita-cita menjadi anak jalanan. Anak merupakan bagian dari komunitas seluruh manusia di muka bumi. Tanpa terkecuali anak jalanan. Mereka bukan binatang, sampah, atau kotoran yang menjijikkan. Anak jalanan juga manusia yang mempunyai rasa dan hati. Dikejar-kejar, ditangkap, diboyong ke truk secara paksa, diinterogasi bersama-sama dengan preman, pencuri, perampok, bahkan pembunuh tanpa memikirkan bagaimana cara hak-hak mereka bisa terpenuhi.
Usaha-usaha represif haruslah dihindari dan menjadi cara terakhir dalam menertibkan anak jalanan. Cara tersebut sangat tidak baik bagi perkembangan mental anak. Pencegahan merupakan cara yang terbaik dalam mengatasi anak jalanan. Apabila faktor-faktor yang menyebabkan mereka turun ke jalanan dapat diminimalisir maka bukan tidak mungkin pula aktifitas anak jalanan dapat berkurang.
Pertama, pemerintah harus memikirkan tempat tinggal yang layak bagi anak jalanan. Rumah singgah misalnya, dimana mereka merasa aman dan mendapatkan perlindungan. Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara (Pasal 34). Negara wajib memelihara anak-anak terlantar, bukan memeliharanya berkeliaran di jalanan untuk mencari nafkah. Program Orang Tua Asuh dapat membantu pemerintah dalam menangani masalah anak jalanan. Anak dapat merasakan bagaimana kasih sayang Orang Tua Asuh mereka yang mungkin tidak pernah dirasakan di keluarganya sendiri. Mendapatkan penghidupan yang layak dan perlindungan yang tidak mereka dapatkan di jalanan. Hal ini penting, karena berbicara anak jalanan berarti berbicara dimana mereka tinggal untuk mendapatkan perlindungan, baik dari faktor alam (panas dan hujan) maupun dari faktor manusia sendiri (orang dewasa yang melakukan tindak kekerasan).
Kedua, bila sekolah berbiaya murah dan gratis niscaya anak yang beraktifitas di jalanan akan berkurang. Anak-anak tidak perlu memikirkan bagaimana mencari uang sekolah. Melunasi uang buku, membayar uang ujian, uang hari guru, uang perpisahan, dan segala macam jenis uang lainnya yang sangat membebani ekonomi keluarga. Sudah saatnya anak Indonesia terbebas dari buta huruf dan kebodohan. Bukan hanya bisa melihat gedung-gedung tinggi tapi mampu membuatnya, dapat membuat dan menerbangkan pesawat bukan hanya melihat terbangnya pesawat. Kesemuanya itu tidak mungkin dapat dihasilkan di jalanan, melainkan di bangku sekolah. Suatu negara akan punah bila mewarisi anak-anak yang lemah dan tak berilmu. Seorang saja anak yang ditinggalkan dalam keadaan lemah dan bodoh, maka suramlah masa depan suatu bangsa itu. Hal ini sangat penting menjawab pertanyaan mengapa mereka ada di jalanan tidak bersekolah.
Ketiga, membuat kegiatan-kegiatan yang mengikutsertakan partisipasi anak secara rutin. Hal ini dimaksudkan untuk mengisi waktu luang anak sehingga tidak mudah untuk terjerumus kepada hal-hal yang tidak diinginkan, seperti beraktifitas di jalanan untuk mencari uang. Tentunya kegiatan tersebut diarahkan kepada perkembangan mental anak yang cenderung untuk belajar dan bermain diusianya. Misalnya dengan mengikutsertakan partisipasi anak dalam belajar dan bermain Sepak Bola. Sepakbola merupakan sebuah permainan yang sangat digemari oleh setiap orang di dunia tak terkecuali oleh anak-anak. Anak-anak kerap memainkannya dimana saja, baik di lapangan bola, rumah, halaman, tanah kosong, jalan aspal, tempat parkir sampai gang-gang kecil menuju rumah mereka..
Penanganan masalah anak jalanan bukanlah tugas pribadi dari pemerintah, melainkan tugas kolektif dari seluruh elemen masyarakat. Namun yang menjadi penanggung jawab utama dalam penanganan masalah ini adalah pemerintah sebagai pelayan masyarakat dan pengemban amanat konstitusi. Jelas di dalam konstitusi disebutkan “Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara” (Pasal 34 UUD 1945). Jadi jelas bahwa pemerintah penanggung jawab utama dalam penanganan masalah anak jalanan dan berkewajiban untuk merealisasikan 20% dari APBN untuk pendidikan Anak Indonesia.
Konsep-konsep yang telah dipaparkan di atas, diharapkan mampu untuk merubah masa depan anak-anak Indonesia. Anak-anak inilah nantinya akan menjadi generasi penerus bangsa yang katanya besar, terdiri dari ribuan pulau dan perairan yang luas. Dari mereka akan muncul pemimpin masa depan bangsa ini.
Apakah mungkin Presiden yang akan datang berasal dari Anak Jalanan?
KPAI "Penanganan Anak Jalanan Harus Sistematik"
JAKARTA, KOMPAS.com - Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengusulkan kepada pemerintah untuk menghentikan pemenjaraan serta kriminalisasi anak yang berhadapan dengan hukum. Menurut Ketua KPAI Hadi Supeno, penanganan masalah anak, termasuk anak jalanan dan anak terlantar harus sistemik dan menyeluruh.
"Akar permasalahan anak terlantar dan anak jalanan adalah ketidakberdayaan orangtua dan kebijakan negara dan seluruh sektor yang membuat mereka menjadi kelompok tersingkir. Penanganannya harus sistemik, karena mereka korban dari tindakan orang dewasa," kata Hadi di sela-sela jumpa pers, di Kantor KPAI, Jakarta.
Hadi memaparkan anak terlantar dan anak jalanan dari tahun ke tahun meningkat tajam. Data terakhir menunjukkan bahwa jumlah anak terlantar mencapai 5,4 juta orang, anak hampir terlantar mencapai 12 juta orang atau ada 17 juta anak terlantar dan hampir terlantar. Dari jumlah tersebut, 230 ribu diantaranya menjadi anak jalanan yang tersebar di kota besar di Indonesia. Tercatat, 95 persen anak jalanan berasal dari keluarga miskin, berpendidikan rendah, dan dari lingkungan masyarakat yang eksploitatuf terhadap anak.
"Disamping jumlahnya yang mencengangkan, fakta lain menunjukkan anak jalanan tidak terpenuhi hak-haknya sebagai anak, baik pendidikan maupun kesehatan," tutur Hadi.
Selain lain,KPAI juga mendesak agar pemerintah segera menyelesaikan RUU Sistem Peradilan Anak. Usulan lainnya, KPAI mendesak agar pemerintah menarik target membersihkan kota dari anak jalanan tanpa disiapkan alternatif solusi yang memadai. Dan terakhir, KPAI merekomendasikan kepada pemerintah untuk membangun sistem Jaminan Sosial Anak sebagai solusi komprehensif penanganan anak terlantar dan anak jalanan.
*@Arsip Duta Sosial Kota Cirebon
"Sebagai Acuan" Cimahi Siapakan Perda Penanganan Anak Jalanan
CIMAHI, (PRLM).- Dinas Sosial Kota Cimahi tengah menyiapkan peraturan daerah (perda) untuk penanganan anak jalanan. Salah satu penekanan dalam perda tersebut adalah larangan bagi masyarakat untuk memberikan sumbangan uang kepada anak jalanan. Pembentukan perda dianggap perlu mengingat Kota Cimahi adalah daerah perlintasan yang kerap kali disinggahi anak jalanan.
Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial dan Kesejahteraan Sosial pada Dinas Kependudukan, Pencatatan Sipil,
Sosial, dan Tenaga Kerja Kota Cimahi Agustus Fajar mengatakan, saat ini, pihaknya tengah melakukan penggodokan naskah perda untuk kemudian diajukan pada legislatif. ”Saat ini, masih digodok. Mudah-mudahan, pada tahun 2011 nanti sudah bisa kita ajukan pada legislatif,” katanya.
Menurut Agustus, jumlah anak jalanan di Kota Cimahi relatif sedikit. Mayoritas anak jalanan yang ada, menurut dia, justru bukan berasal dari Kota Cimahi. Ada dua titik yang disinyalir dijadikan tempat mangkal anak jalanan, yakni di daerah RS Dustira dan Cimindi. Meskipun demikian, ada titik lain tempat anak jalanan yaitu Jalan Gatot Subroto dan Pasar Antri Baru.
Ia mengatakan, pemerintah kota telah melakukan pendataan anak jalanan pada Februari 2010 hingga Maret 2010. Dari pendataan itu, ada sekitar dua puluh anak yang terjaring pendataan di daerah Dustira. Rata-rata, usia anak jalanan itu sekitar 6-15 tahun. Sehari-harinya mereka biasa mengamen, dan tak jarang mereka ada yang ngelem.
Mengenai masalah anak jalanan, menurut Agustus, sebenarnya tidak ada kendala yang berarti dalam penanganannya. Namun, yang dibutuhkan adalah waktu yang cukup panjang dalam melakukan pembinaan ataupun rehabilitasi untuk mereka yang kecanduan ngelem.
”Kami menggandeng berbagai pihak dalam penanganan anak jalanan, seperti LSM, relawan dari universitas, Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3), dan masyarakat. Masalah anak jalanan perlu penanganan serius agar terprogram. Dalam waktu dekat, kami akan melakukan rapat koordinasi,” katanya.Kapan Kota Cirebon Bisa Membuat Perda Mengenai Penanganana ANak Jalanan????
*@Arsip Duta Sosial Kota Cirebon
40 Tuna Karya Dilatih Life Skill
CIREBON - Banyaknya para siswa yang drop out, anak jalanan di Kota Cirebon, dan minimnya kemampuan yang dimiliki khususnya di bidang otomotif dan komputer, Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Kota Cirebon bekerjasama dengan STM PUI Kota Cirebon mengadakan pelatihan dan pembinaan di bidang komputer dan otomotif, kemarin.
Dalam acara itu, hadir Staf Ahli Walikota Drs Abidin Aslich, Kepala Dinsosnakertrans Drs Korneli MM yang diwakili Maemunah MSi, serta Kepala STM PUI Kota Cirebon, Drs H Abdul Halim Falatehan.Maemunah menjelaskan, pelatihan komputer dan otomotif dilaksanakan 9-28 Desember, dengan ketentuan 15 orang dari tuna karya, putus sekolah, dan drop out yang akan mengikuti pelatihan dunia otomotif dan 25 orang perwakilan dari PSM mengikuti pelatihan internet dan komputer.
“Kegiatan itu dibedakan untuk bidang otomotif hanya 15 hari bertempat di bengkel PUI, kemudian untuk pelatihan computer dilakukan 20 hari penuh bertempat di STM PUI, Jalan Ahmad Yani,” kata Maemunah.
Ditambahkan Maemunah, setelah mengikuti pelatihan ini, mereka akan dibina oleh civitas STM PUI Kota Cirebon, dengan MOU antara Dinsosnakertrans dan STM PUI selama dua tahun dalam membina para PSM dan tuna karya di Kota Cirebon.
PENCARIAN DONATUR
Untuk Bantuan berupa dana bantuan dapat diserahkan langsung kepada pengurus organisasi Duita Sosial Kota Cirebon dibawah ini :
- Tommy Setiawan / 087 829 760 219 - 085 720 349 951
- Rudi Rianto / 081 938 938 002 - 0231 333 1484
- Ayu Safitri / 089 770 732 55
- Agita S.S Saputri / 085 724 412 346
- M. Soleh A. / 089 973 944 27
- Rinna Y. / 085 295 551 554
- Qomaruzzaman / 085 224 343 435
(bisa melalui sms dan email ke : dutasosial@yahoo.com)
Untuk donatur dalam bentuk dana bantuan dengan kiriman lewat bank/transfer dapat dikirim melalui salah satu anggota Duta Sosial Kota Cirebon ke :
Bank Mandiri an. Rudi Rianto No. Rekening : 0310006227857
Bank Syariah Muamalat an. Agita Setyo Sari Saputri No. Rekening : 9204473399
(beritahukan ke contact person yang bersangkutan diatas)
Untuk bantuan berupa barang/benda yang dikirim melalui jasa pengiriman barang dapat dikirim ke alamat :
Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Kota Cirebon Jalan Dr. Cipto Mangunkusumo No.123 Kota Cirebon Up. Duta Sosial Kota Cirebon
Tanda Terima bantuan akan kami kirim kembali ke alamat si pengirim via pos sebagai bentuk dan bukti tanda terima dari kami Duta Sosial Kota Cirebon.
Demikian Pemberitahuan ini kami sampaikan, besar harapan kami agar Bapak/Ibu, saudara-sudara serta semua kalangan baik itu dari Individu, Lembaga, Perusahaan, Instansi maupun Organisasi serta LSM bersedia untuk menjadi donatur kami. Atas segala perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Hormat Kami
Duta Sosial Kota Cirebon
Apa langkah kongrit yang perlu kita lakukan bersama Duta Sosial Kota Cirebon untuk membebaskan Kota Cirebon dari Gepeng, Anak Jalanan dan Penyakit masyarakat lainnya tanpa harus melakukan kekerangan yang melanggar hak azazi kemanusiaan mereka?
ARTI DAN MAKNA LOGO DUTA SOSIAL KOTA CIREBON
Motif Mega Mendung melambangkan kalau organisasi ini berada di Kota Cirebon yang terkenal dengan batik mega mendungnya.
Gambar Atap Rumah berwarna hijau melambangkan kalau organisai ini merupakan wadah dan naungan untuk masyarakat kurang sejahtera khususnya anak jalanan serta masalah sosial lainnya.
Gambar Susunan Batu Bata berarna biru melambangkan kalau organisasi social ini mengutamakan kebersamaan dan bersosialisasi.
Gambar Bintang berwarna kuning melambangkan kalau organisasi ini mempunyai tujuan dan cita-cita yang tinggi.
Gambar Pita berwarna Putih bertuliskan DUTA SOSIAL KOTA CIREBON melambangkan kalau organisasi sosial ini mengutamakan keikhlasan dan ketulusan hati dalam bekerja dan sebagai tali cinta kasih kepada sesama dan menandakan kalau organisasi ini bernama DUTA SOSIAL yang berada di KOTA CIREBON.
Gambar Tali melingkar berwarna hitam melambangkan tali persaudaraan yang kuat dan tidak akan pernah putus.
Warna Biru melambangkan kedermawanan dan jiwa sosial.
Warna Kuning melambangkan semangat yang tinggi dan tujuan yang mulia.
Warna Hijau melambangkan kedamaian dan kesejahteraan.
Warna Merah melambangkan keberanian dan ketegaran.